Senin, 30 April 2012

SAYYIDUL ISTIGHFAR


Seutama-utamanya istighfar yaitu :

اللّهُمَّ اَنْتَ رَبّى لا اِلٰهَ اِلاَّ اَنْتَ خَلَقْتَنِى وَاَنَا عَبْدُكَ وَاَنَا عَلٰى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَاسْتَطَعْتُ اَعُوْذُبِكَ مِنْ شَرّ مَا صَنَعْتُ اَبُوْءُلَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَاَبُوْءُ بِذَنْبِىْ فَاغْفِرْلِى فَاِنَّهُ لاَيَغْفِرُ الذُّنُوْبَ اِلاَّ اَنْتَ

ALLOOHUMMA ANTA ROBBI LAA ILAAHA ILLA ANTA KHOLAQTANII WA-ANAA ‘ABDUKA WA-ANAA ‘ALAA ‘AHDIKA WAWA’DIKA MASTATHO’TU A’UUDZUBIKA MIN SYARRI MAA SHONA’TU ABUU-U-LAKA BINI’MATIKA ‘ALAYYA WA-ABUU-U- BIDZANBII FAGH-FIRLII FA-INNAHU LAYAGHFIRUDZ-DZUNUBA ILLA ANTA.
Artinya :
Ya Allah engkau Tuhanku tiada Tuhan kecuali engkau, engkau yang menjadikan aku, dan aku hambaMu, dan aku tetap taat padaMu, dan mengharap janjiMu sekuat tenagaku, aku berlindung dengan rahmatMu dari bahaya yang engkau jadikan, aku mengakui nikmatMu padaku dan mengakui dosaku yang telah kujalankan, maka ampunilah dosa-dosaku, sungguh tiada yang mengampuni dosa-dosaku, terkecuali engkau.

RIWAYAT
Sayyidina Jabir menjelaskan: Rasulullah saw, bersabda: “Pelajarilah dengan baik istighfar utama dan amalkanlah
Makna sayyid adalah orang yang melebihi kaumnya dalam hal kebaikan dan yang berkedudukan tinggi dikalangan mereka. Nabi Shalallahu ‘alahi wa Sallam menamainya sebagai Sayyidul Istighfar (penghulu istighfar atau raja istighfar), yang demikian itu karena  melebihi seluruh bentuk istighfar dalam hal keutamaan. Dan lebih tinggi dalam hal kedudukan.
KANDUNGAN MAKNA
Ini adalah doa  agung yang mencakup banyak makna (taubat, merendahkan diri kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala dan kembali menghadap kepada-Nya).
At-Tayibi menerangkan: Sayyidul Istighfar mengandung pengertian atas hubungan erat antara seorang hamba dengan Tuhannya dan mengandung pengakuan atas kelalaian dan kelengahan manusia dalam melaksanakan kewajiban terhadap Tuhan. Padahal manusia telah membuat perjanjian ketika ia masih dalam rahim ibu (dalam alam roh) bahwa ia dalam hidupnya akan senantiasa berta’at dan berbakti kepada Tuhan. Mengakui atas nikmat-nikmat Tuhan, nikmat harta benda, nikmat kelengkapan anggota tubuh dan kesempurnaan panca indera, kesehatan badan, pikiran, kebahagiaan dan sebagainya.
Karena itu manusia senantiasa mohon perlindungan kepada Tuhan, agar nikmat-nikmat tersebut terpelihara dari kemusnahan, karena akibat perbuatan dirinya. Disamping itu manusia mengakui berdosa dan merasa sangat terbatas dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban terhadap Tuhan. Timbul kesadaran dari hati nurani yang tulus ikhlas disertai dengan pengharapan mohon keampunan Tuhan setiap pagi dan petang.
FADILAH SAYYIDUL ISTIGHFAR
Rasulullah saw menerangkan: “Siapa membaca istighfar utama diwaktu pagi dengan penuh keyakinan sesuai arti dan tujuan kalimat tersebut, kemudian ia meninggal pada hari itu, ialah ahli surga. Dan siapa yang membaca diwaktu sore dengan cara itu, kemudian ia meninggal pada malam hari, iapun ahli surga.
Dari Abdullah bin Abbas, bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Barang siapa memperbanyak istighfar, niscaya Allah menjadikan untuk setiap kesedihannya jalan keluar; dan untuk setiap kesempitannya kelapangan; dan Allah memberi-nya rezeki (yang halal) dari arah yang tidak disangka-sangkanya” (HR Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Hakim).
Bagi seorang spiritualis dan pelaku ilmu hikmah, amalan ini merupakan pondasi spiritual yang sangat penting. Oleh karenanya hafalkan dan amalkanlah Sayyidul istighfar ini.



Barang siapa yang membaca istighfar ini diwaktu pagi hari , kemudian mati pada hari itu sebelum masuk waktu sore maka termasuk ahli surga, dan barang siapa yang membacanya diwaktu sore, kemudian mati pada malam itu sebelum masuk waktu pagi, maka termasuk ahli surga. ( Hadis riwayat Ahmad dan Bukhori )

Marilah kita membacanya setiap habis sholat subuh dan maghrib minimal tiga kali. Semoga dosa-dosa kita semua diampuni oleh Allah Swt, Amiin yaa robbal ‘alamiin.


Ki UmarJogja
rasasejati.wordpress.com
dengan beberapa tambahan.

Kamis, 05 April 2012

KETIKA TANGAN DAN KAKI BICARA


Akan datang hari
Mulut dikunci
Kata tak ada lagi
Akan tiba masa
Tak ada suara
Dari mulut kita

Berkata tangan kita
Tentang apa yang dilakukannya
Berkata kaki kita
Kemana saja dia melangkahnya
Tidak tahu kita
Bila harinya
Tanggung jawab, tiba

Rabbana
Tangan kami
Kaki kami
Mulut kami
Mata hati kami

Luruskanlah
Kukuhkanlah
Di jalan cahaya
Sempurna
Mohon karunia
Kepada kami
Hambamu
Yang hina


Minggu, 01 April 2012


Tangisan Rasulullah Menggoncangkan Arsy


Dikisahkan, bahwasanya di waktu Rasulullah s.a.w. sedang asyik bertawaf di Ka'bah,
beliau mendengar seseorang di hadapannya bertawaf, sambil berzikir: "Ya Karim! Ya
Karim!"
Rasulullah s.a.w. menirunya membaca "Ya Karim! Ya Karim!" Orang itu Ialu
berhenti di salah satu sudut Ka'bah, dan berzikir lagi: "Ya Karim! Ya Karim!" Rasulullah
s.a.w. yang berada di belakangnya mengikut zikirnya "Ya Karim! Ya Karim!" Merasa seperti
diolok-olokkan, orang itu menoleh ke belakang dan terlihat olehnya seorang laki-laki yang
gagah, lagi tampan yang belum pernah dikenalinya. Orang itu Ialu berkata:
"Wahai orang tampan! Apakah engkau memang sengaja memperolok-olokkanku,
karena aku ini adalah orang Arab badwi? Kalaulah bukan kerana ketampananmu dan
kegagahanmu, pasti engkau akan aku laporkan kepada kekasihku, Muhammad Rasulullah."
Mendengar kata-kata orang badwi itu, Rasulullah s.a.w. tersenyum, lalu bertanya:
"Tidakkah engkau mengenali Nabimu, wahai orang Arab?" "Belum," jawab orang itu. "Jadi
bagaimana kau beriman kepadanya?"
"Saya percaya dengan mantap atas kenabiannya, sekalipun saya belum pernah
melihatnya, dan membenarkan perutusannya, sekalipun saya belum pernah bertemu
dengannya," kata orang Arab badwi itu pula.
Rasulullah s.a.w. pun berkata kepadanya: "Wahai orang Arab! Ketahuilah aku inilah
Nabimu di dunia dan penolongmu nanti di akhirat!" Melihat Nabi di hadapannya, dia
tercengang, seperti tidak percaya kepada dirinya.
"Tuan ini Nabi Muhammad?!" "Ya" jawab Nabi s.a.w. Dia segera tunduk untuk
mencium kedua kaki Rasulullah s.a.w. Melihat hal itu, Rasulullah s.a.w. menarik tubuh orang
Arab itu, seraya berkata kepadanya:
"Wahal orang Arab! janganlah berbuat serupa itu. Perbuatan seperti itu biasanya
dilakukan oleh hamba sahaya kepada juragannya, Ketahuilah, Allah mengutusku bukan untuk
menjadi seorang yang takabbur yang meminta dihormati, atau diagungkan, tetapi demi
membawa berita.
Ketika itulah, Malaikat Jibril a.s. turun membawa berita dari langit dia berkata: "Ya
Muhammad! Tuhan As-Salam mengucapkan salam kepadamu dan bersabda: "Katakanlah
kepada orang Arab itu, agar dia tidak terpesona dengan belas kasih Allah. Ketahuilah bahawa
Allah akan menghisabnya di hari Mahsyar nanti, akan menimbang semua amalannya, baik
yang kecil maupun yang besar!" Setelah menyampaikan berita itu, Jibril kemudian pergi.
Maka orang Arab itu pula berkata:
"Demi keagungan serta kemuliaan Tuhan, jika Tuhan akan membuat perhitungan atas
amalan hamba, maka hamba pun akan membuat perhitungan dengannya!" kata orang
Arab badwi itu. "Apakah yang akan engkau perhitungkan dengan Tuhan?" Rasulullah
bertanya kepadanya. 'Jika Tuhan akan memperhitungkan dosa-dosa hamba, maka
5
hamba akan memperhitungkan betapa kebesaran maghfirahnya,' jawab orang itu.
'Jika Dia memperhitungkan kemaksiatan hamba, maka hamba akan
memperhitungkan betapa keluasan pengampunan-Nya. Jika Dia memperhitungkan
kekikiran hamba, maka hamba akan memperhitungkan pula betapa
kedermawanannya!'
Mendengar ucapan orang Arab badwi itu, maka Rasulullah s.a.w. pun menangis
mengingatkan betapa benarnya kata-kata orang Arab badwi itu, air mata beliau meleleh
membasahi Janggutnya. Lantaran itu Malaikat Jibril turun lagi seraya berkata:
"Ya Muhammad! Tuhan As-Salam menyampaikan salam kepadamu, dan bersabda:
Berhentilah engkau dari menangis! Sesungguhnya karena tangismu, penjaga Arasy lupa dari
bacaan tasbih dan tahmidnya, sehingga la bergoncang. Katakan kepada temanmu itu, bahwa
Allah tidak akan menghisab dirinya, juga tidak akan memperhitungkan kemaksiatannya.
Allah sudah rnengampuni semua kesalahannya dan la akan menjadi temanmu di syurga
nanti!" Betapa sukanya orang Arab badwi itu, mendengar berita tersebut. la Ialu menangis
karena tidak berdaya menahan keharuan dirinya.
Source : Himpunan kisah-kisah teladan
Shared By Kisah Penuh Hikmah